Selasa, 25 Agustus 2015

Cerita Sejumlah Tikus Pelacur Murahan

Oleh Rioashley Hunter (Saverinus Suryanto)

Sejumlah Tikus yang menamakan diri Poli-Tikus pelacur demokrasi berlomba lomba memancing kepercayaan rakyat untuk menggaet dukungan rakyat dan menarik simpatik rakyat dalam suatu kompetisi pemilihan kepala daerah tikus pelacur murahan dengan memungut sejumlah kata kata bijak dari kitab kitab bijak. Dalam permainan politiknya, Para Poli-Tikus pelacur murahan ini melakukan survey di beberapa daerah yang menjadi target untuk menggaet dukungan dari masyarakat.

Dari balik lensa mata buayanya, Poli-Tikus pelacur ini berhasil meneropong sejumlah kecacatan yang merupakan ketertinggalan dari suatu pembangunan oleh kapala pelacur Tikus terdahulu yang menjabat sebagai kepala. Sejumlah kecacatan di beberapa daerah tersebut akan menjadi bahan kampanyenya. beberapa kecacatan tersebut menurut lensa buayanya yaitu, pambangunana jalan yang tak jelas, irigasi yang tidak pernah dibangun, jembatan yang tidak diperhatikan, masalah air di kota turis yang tidak pernah berkesudahan, masalah rumah sakit, dan sejumlah persoalan sosial lainnya.


Setelah ia (tikus pelacur, red) merampung sejumlah kecacatan tersebut, sang poli-tikus pelacur mencoba mengemas sejumlah persoalan tersebut dengan menyusunnya dalam suatu kalimat bijak dengan redaksi kalimat yang bisa memancing kepercayaan rakyat agar bisa percaya pada kebohongannya. Pada saat kampanya, para poli-tikus pelacur murahan ini dengan PD (percaya dirinya) ia berbicara di depan masyarakat yang lebi pandai darinya. Poli-tikus murahan ia hadir bak sang dewa agung yang bisa menyulap semuanya dalam sekejap dari yang tidak ada menjadi ada, dari yang lama menjadi yang baru.

Masyarakat yang hadir mendengar pembicaraannya, sesungguhnya sebagai juri. karena masyarakat lebih pintar darinya. cuman karena masyarakat menyembunyikan kepintaran dan kelebihannya dibalik kebungkaman. karena memahami bahwa yang sedang berbicara adalah sang tikus pelacur murahan yang sedang lapar, haus, bingung seperti cacing kepanasan. lucunya, sangking semangatnya tikus pelacur muraha ini sampai sampai membuat landasan di udara jika ia dipilih menjadi kepala daerah tikus pelacur demokrasi. Artinya, sang poli-tikus pelacur murahan sedang berbicara dengan mempertontonkan kebodohannya dengan melawan kodrat dan mencoba mengalahkan negara negara hebat.

Tentu saja, sejak politikus pelacur murahan ini ingin maju menjadi kepala, ada banyak pelanggaran yang dilakukannya. Cuman wasit yang bernama KPU (kelompok pelacur umum) tidak meniupkan peluitnya sebagai tanda adanya pelanggaran. Maklum, wasit KPU sudah megeluarkan aturan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Sayang, karena ambisi yang berlebihan tikus pelacur murahan mencoba menerobos dinding pembatas. Akibatnya, ia pun terjungkal dan kembali ke jurang kebodohan.

Sementara para politikus pelacur lainnya terus bergulat melawan ketidak percayaan rakyat akan dirinya. Karena sang tikur pelacur sudah memahami bahwa elektabilitasnya semakin menurun dan mengalami krisis kepercayaan rakyat. Ia pun mencari kamus bijak dan kitab kitab yang di dalamnya berisi kumpulan ketetapan bijak. Ia pun hadir kembali dengan memproklamirkan dirinya sebagai pelacur demokrasi untuk melanjutkan pembangunannya yang sebelumnya. pada hal kenyataannya tidak ada pembaunganan yang membekas. Kecuali, luka batin rakyat yang sang membekas dan meninggalkan luka yang sangat mendalam karena hati nuraninya telah dikhianati dan digoda oleh pelacur murahan.

Ha...Ha....Ha....sebenarnya masyarakat yang sudah cerdas sedang menyaksikan pameran kan spekulasi politik kotornya. Maklum, masyarakat sudah mengetahui bahwa mereka adalah para poli-tikus pelacur demokrasi. Hahaha.....Anda murahan sekali. (diambil dari facebook Suara Rakyat Manggarai Barat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar