Kamis, 31 Mei 2018

ORANG FLORES DAN PANCASILA

 
Oleh. : Frans Dorelagu

Sewaktu masih di bangku SD, kami anak anak diwajibkan untuk menghafal lima butir Pancasila. Dengan keterbatasan pemahaman, kami hanya tahu bahwa Pancasila adalah Dasar Negara Republik Indonesia, makna filosofis selanjutnya kami tidak paham. Iya yang penting menghafal agar tidak di hukum oleh bapak guru karena tidak tahu.

Yang menarik adalah ketika guru atau orang orang berbicara tentang Soekarno dan Pancasila, pasti Ende dan Pohon Sukun bercabang lima yang masih tumbuh dan berdiri kokoh hingga saat ini selalu menjadi narasi historis, spiritual magis dan berdaya simpatik tinggi. Disini terdorong naluri dan semangat anak Flores untuk menelusuri jejak misteri itu, apa itu Pancasila dan siapa itu Soekarno.

Dalam proses mencaritahu, ternyata Soekarno adalah pejuang kemerdekaan, seorang nasionalis, seorang muslim taat namun membuka diri terhadap nilai nilai kristianitas, humanitas dan dikenal sebagai Sang Proklamator dan Singa Podium baik di blantika Nasional maupun Internasional.

Lalu Pancasila?

Pengasingan ke Ende Flores yang jauh dari pulau jawa sebagai centrum perjuangan politik, membuat Soekarno semakin tidak berdaya. Hari hari yang sunyi sepih seolah olah membekukan daya imajinatif dan inspiratif Sang Proklamator.

Mungkin ini adalah akhir yang pedih dari perjuangan untuk melepaskan Indonesia dari cengkraman kolonialis barat. Namun disinilah sesungguhnya letak titik historis untuk bangsa ini. Orang Flores yang lugu, tulus selalu memandang manusia sebagai hakikat tertinggi dari karya penciptaan.

Soekarno sebagai manusia, orang Flores menyapa dan menerima kehadirannya sebagai keluarga, tidak memikirkan beliau dari mana asal usulnya.

Perjalanan waktu selama 4 tahun (1934-1938) dalam pengasingan, orang Flores telah menyatu secara dimensi fisiologis psykologis dan terlebur dalam rasa yang sama akan senasib dan seperjuangan bersama Bung Karno.

Ketulusan jiwa dan makna humanitas, spiritualitas yang terpatri dalam diri orang Flores, Soekarno dalam permenungan menangkap esensi dasar makna kehidupan dan kebebasan etis setiap manusia untuk membangun relasi sosial antar individu dan relasi dengan Sang Khalik, serta bagaimana menjaga keseimbangan agar tercipta harmonisasi sosial dalam kehidupan.

Nilai nilai ini menjadi sumber dasar ketika dalam permenungan Soekarno merumuskan Pancasila. Dibawah naungan pohon sukun yang bercabang lima Soekarno mendapatkan ilham untuk merumuskan nilai nilai kehidupan manusia dalam lima butir yang kita kenal dengan sebutan PANCASILA.

Berangkat dari pemahaman historis di atas, bahwa gagasan Pancasila awal, terumus dengan nilai nilai kehidupan manusia Flores serta terilham dari lima cabang pohon sukun sebagai lima butir sila, maka orang Flores memahami Pancasila sebagai anugera yang mulia, magis dan sakti.

Bagi orang Flores, pancasila adalah sejarah pusaka bangsa, Pancasila adalah ideologi negara yang final dan tidak dapat di ganggu gugat, orang Flores siap berkorban demi Pancasila, karena Pancasila adalah Flores dan Flores adalah Pancasila.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar