Selasa, 04 Juli 2017

TdF: you handsome, keep your face !

DEPOK (Flodarita) -

tour de flores (TdF), tentu publik Flores sudah mengenalnya. budaya naik sepeda dayung tak asing untuk kota-kota di Flores, meski hari ini generasi Flores lebih gandrungi sepeda motor. saya sangat mengenang tentang kota Mbay, Nagekeo misalnya (medio 1980-an), justru karena ribuan sepeda yang lalu lalang sepanjang hari, terutama saat pagi dan petang karena petani sawah hampir semua mengayuh sepeda. Sekarang sepeda dayung udah punah dari kota hamparan sawah itu.

Mungkin generasi Flores memang tidak lagi senang dengan sepeda dayung, apalagi menaikinya, maka hadirnya pebalap sepeda dunia di even TdF tidak bisa menarik perhatian mereka. Yang berdiri jejer di tepi jalan selama TdF perdana tahun lalu, apakah mereka hanya ingin lihat wajah-wajah bule ganteng?

saya pribadi senang dan berharap agar TdF bisa membangkitkan kembali budaya ber-sepeda di Flores. yang jadi soal, TdF justru dijadikan media untuk membangkitkan pariwisata. hadirnya bule bule ganteng yang piawai mengayuh sepeda dengan kecepatan sangat tinggi, melebihi kecepatan mobil, justru direspon antipati oleh segelintir publik Flores.

hanya segelintir yang mempersoalkan, tapi karena mereka aktif menulis di medsos (facebook) dan bernuansa memprovokasi yang lain, chairman TdF Primus Dorimulu merespon dengan tulisan (pemaparan) yang sangat baik. semoga respon atau tulisan chairman bukanlah sekedar pelipur lara.

kelompok warga Flores yang menolak TdF jelas punya rasional berpikir yang patuh dihargai. mereka tidak bodoh dan mereka juga paham sangat baik tentang Flores dengan semua dinamika sosial ekonominya. benar bahwa TdF sebaiknya tidak lagi memakai dana APBD setiap kabupaten di Flores.

saya pribadi sepakat bahwa kapasitas APBD (baca: ekonomi) Flores terlampau kecil. Maka sayang jika APBD itu harus turut membiayai TdF. Mari kita bayangkan, APBD NTT per tahun saat ini Rp4,6 triliun, bandingkan dengan APBD jawa timur (tour de ijen) Rp27,7 triliun dan APBD sumatera barat (tour de singkarak) Rp6,17 triliun. mungkin ini (pertimbangan kapasitas APBD) yang membedakan respon publik Flores dengan banyuwangi (ijen) dan solok-tanah datar (singkarak).

bagi chairman TdF dan koleganya (baca: penggagas dan pelaksana event) jelas ini tantangan besar. Primus Dorimulu bisa jadi ingin membuktikan harapan ini, melanjutkan event TdF tanpa dukungan APBD kabupaten (zero APBD). Tapi kita tak bisa memaksanya sekarang.

TdF sudah menjadi program kementrian pariwisata (kemenpar) dan bersama pemerintah propinsi NTT menanggung sebagian dari total biaya TdF. Tidak pada tempatnya lagi kita menyerang barisan penggagas, apalagi berpikir untuk menghalangi event TdF.

kita mesti jujur bahwa sumbangan APBD sangat kecil porsinya dari APBD setiap kabupaten di Flores, dan nilai ABPD yang dikorup jauh lebih besar. Belum lagi kegiatan-kegiatan para birokrat kita yang kental menghabiskan APBD secara sia sia. Kita mesti getol juga melawan praktek korupsi di bumi Flores. TdF pasti lebih banyak manfaatnya, maka ia diterima dan didukung oleh pemerintah pusat.

saya tetap berharap chairman TdF Primus Dorimulu bisa lebih aktif lagi memobilisasi dana dari sponsor untuk mengcover separuh dari biaya TdF ke depannya. Saya yakin ini bisa karena Primus Dorimulu bisa mengkapitalisasi lobi-lobinya dengan para donatur yang dermawan, apalagi jika diperkuat oleh tim EO yang lebih bersemangat.

jika TdF perdana gagal dari sisi mobilisasi dana, karena Primus Dorimulu harus talangi sebesar Rp2,8 miliar lebih (dana pribadi), semoga TdF tahun ini chairman TdF tidak harus menguras uangnya sendiri, berharap dana dari sponsor meningkat.

tapi publik Flores mesti berterima kasih karena TdF bisa memaksa pemerintah pusat untuk membiayai perbaikan jalan, meningkatkan infrastruktur jalan, menambah sarana telekomunikasi, dan lainnya. Ini tentu dampak langsung yang dikontribusi oleh TdF.

saya dapati sebuah tweet orang dekat Valentino Rossi di twitter yang bilang Rossi kunjung Komodo setelah dapat info dari teman-teman pebalap sepeda dunia ini (peserta TdF). Bisa benar karena jawara sport (balap) berhubungan satu sama lain via jejaring medsos itu. itu berarti TdF punya daya pikat untuk dunia.

ketika masih di kota dingin malang, jawa timur, seorang bule wanita menyapa saya dalam angkot (angkutan kota),"hei (hans), you are handsome, keep your face". saya tidak heran karena begitulah faceku. tapi saya kemudian membatin, mungkin karena saya tulus maka bule cantik itu bilang saya ganteng?

chairman TdF Primus Dorimulu, bukan sosok yang kaya tapi pengorbanan uang pribadinya yang besar itu menggambarkan betapa semangat filantropi itu selalu peruntukkan buat Flores. banyak yang keras bicara bahwa mereka mencintai Flores, tapi ternyata belum bisa berbuat apa-apa untuk Flores. TdF, you handsome, (so) keep your face !


Tidak ada komentar:

Posting Komentar