Kamis, 24 September 2015

FLORES: FIRDAUS yang HILANG

(flores: the lost paradise)

Oleh Robert EppeDando


Tahun 1980-an silam, Frans Seda yang adalah tokoh Flores di Jakarta mengajak rekannya orang Israel mengunjungi Flores. Mereka menginap di Maumere di tempat wisata milik Frans Seda. Saat itu, penginapan bercorak etnik Sikka di Sao Wisata miliknya sedang dalam pembangunan. Rekannya itu sungguh menikmati keindahan Flores.


Setelah beberapa hari di Maumere, mereka menuju Labuan Bajo dengan menggunakan kendaraan pribadi. Jarak tempuh Maumere-Labuan Bajo seharusnya hanya dua hari perjalanan.

Namun, apa yang terjadi. Selama perjalanan, kendaraan tersebut selalu berhenti di mana saja. Rata-rata jarak 2 kilometer, kendaraan harus stop. Ternyata, si Israel itu memaksa sopir agar berhenti sesuai perintahnya di saat ia melihat pemandangan bagus.

Maka perjalanan Maumere-Labuan Bajo menghabiskan waktu lebih dari dua hari. Setiap kali berjumpa dengan sudut landscape yang menarik, maka si Israel itu menekan pelatuk kameranya.

Sopir yang membawa mereka pun marah-marah kepada si Israel itu lantaran perjalanan yang melelahkan, membosankan, dan hanya menghabiskan waktu di jalan.

Sesaat tiba di Labuan Bajo, si Israel itu berkata kepada Frans Seda: "Pak Frans, sangat pasti, Flores adalah Firdaus yang hilang."

Cerita ini dikisahkan kembali oleh Frans Meak Parera, tokoh senior Flores di Jakarta dan Philips Gobang, intelektual muda Flores di Jakarta, saat kami kembali dari Mall of Indonesia, Kelapa Gading, Jakarta Timur setelah kami meeting dengan pejabat KADIN Pusat yang adalah Ketua Komite Tetap Litbang Industri Pengolahan Hasil Perikanan Bidang Kelautan dan Perikanan, Erwin Hartono Suminto.

Sambil berjalan pulang, dalam mobil, mereka bercerita kembali tentang betapa Flores dikagumi banyak orang, ibarat gadis berparas cantik molek bestari dikerumuni banyak pria, termasuk orang Israel yang adalah rekan Frans Seda yang berkantor di Singapura itu.

Mudah-mudahan saja Flores adalah Firdaus yang hilang. Jika pun bukan, Flores telah menjadi pulau tentram, indah, menawan, dan mempesona. "Welcome to Flores island."

1 komentar:

  1. Terima kasih bung Hans Obor yang sudah memuat berita ini. Bravo BukaEnBe.com

    BalasHapus